Social Icons

Featured Posts

Selasa, 16 Juli 2013

Kumpulan Tebak Tebakan Lucu Bin Kocak wkwkwkwkw



Ya inilah tebak-tebakan yang bikin ngakak, seru, dan kocak abiizzzz.....

1.       Gajah apa belalainya pendek?
Jawab: gajah pesek
2.       Kendaraan apa yang membingungkan kera?
Jawab: kereta api..... bingung kan,.... brarti elo keranya...
3.       Kenapa Dina-Makan Soto Ayam Kecap Pedas Raos Eco?
Jawab: karena Dina lapar
4.       Apa persamaanya tikus sama laki-laki?
Jawab: sama-sama cari lubang, he he he sorry agak jorok....
5.       Mobil apa yang paling jelek?
Jawab: mobilang elo, mobilang kamu, mobilang sampean, mobilang you.... ha ha ha
6.       Orang apa yang dibacok-bacok tapi gak papa?
Jawab: orang gak kena wek.....
7.       Ada tiga cicak di atas dinding, cicak 1 dan cicak 2 berkelahi, cicak 3 menyemangati. Cicak manakah yang jatuh/
Jawab: cicak 3, karena tepuk tangan, jatuh deh...... he he he...

Senin, 15 Juli 2013

CONTOH PROPOSAL HARI AIDS SE-DUNIA






PROPOSAL
PERINGATAN KEGIATAN HARI
AIDS SEDUNIA





“GENERASI SEHAT NO AIDS”

FORUM GENERASI PEDULI AIDS (FGPA)
TAHUN 2011

A.      PENDAHULUAN
Penanganan HIV/AIDS yang tiada kunjung mereda dalam skala nasional maupun internasional, menunjukkan bahwa fakta yang ada kasusnya kian waktu kian bertambah. Dalam skala lokal, wilayah kabupaten Batang menduduki urutan lima besar terbanyak di wilayah provinsi Jawa Tengah. Sungguh kenyataan yang membutuhkan kepedulian dan perhatian khusus tentunya dari berbagai pihak. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya perhatian dan kepedulian dari masyarakat. Bahkan kalangan yang mengetahuinya seolah-olah tak mau. HIV atau AIDS seolah-olah hanya “hangat-hangat tahi ayamm” yang gencar pada awalnya saja. Tanpa disadari, keberadaannya terus berkembang dan menggerogoti generasi penerus bangsa.
Kenyataan inilah yang menggerakkan kami untuk kembali menyuarkan betapa bahayanya HIV/AIDS bagi kelangsungan hidup kepada masyarakat agar kembali bersimpati dan sadar terhadap ancaman tersebut, yakni dengan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat. Demi kelangsungan generasi bangsa, generasi yang sehat , kreatif, inofatif, dan mampu berprestasi tanpa HIV/AIDS maka kami mengusung kegiatan yang bertemakan “Generasi Sehat No AIDS”.

B.      RUMUSAN MASALAH
FGPA (Foru Generasi Peduli AIDS) merupakan salah satu organisasi kemanusiaan yang peduli akan keselamatan dan kesehatan masyarakat khususnya generasi muda terhadap AIDS. Masyarakat hanya mencari kenikmatan saja tanpa memperhatikan bahaya yang ditimbulkan. FGPA merupakan gabungan dari enam pangkalan PMR WIRA di kabupaten Batang yang ingin menyosialisasikan kepada masyarakat tentang permasalahan:
1.      Bagaimana caranya agar terhindar dari HIV/AIDS?
2.      Melalui apa penularannya?
3.      Bagaimana sikap masyarakat dalam memperlakukan ODHA?

C.      TUJUAN KEGIATAN
Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah:
1.      Sebagai tolak ukur kepedulian masyarakat khususnya generasi muda terhadap AIDS.
2.      Mencegah meluasnya seks bebes di masyarakat.
3.      Menggugah kesadaran masyarakat terhadap bahaya AIDS.
4.      Menciptakan generasi muda yang mampu berkarya, dan mengharumkan nama bangsa yang sehat tanpa AIDS.

D.     SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan ini adalah siswa-siswi dari tingkat SLTA secara khusus, dan masyarakat dari berbagai profesi yang berada di sekitar Alun-alun Limpung secara umum.


E.      PESERTA
Adapun yang mengikuti kegiatan ini adalah:
1.      SMA Wahid Hasyim Tersono
2.      SMK Al-Sya’iriyah Plumbon
3.      SMK Ma’arif NU Limpung
4.      SMK NU Diponegoro Banyuputih
5.      MANU 01 Banyuputih
6.      SMAN 1 Subah

F.       RANGKAIAN KEGIATAN
1.      Pelaksanaan
Setiap pangkalan PMR Wira berangkat dari pangkalannya masing-masing menuju alun-alun Limpung dengn cara pawai membawa poster disertai dengan orasi dan sosisalisasi. Kemudian semuanya berkumpul di alun-alun Limpung untuk melakukan orasi, drama, body painting, membawa sovenir dan stiker.
2.      Sosialisasi Massal
Kegiatan ini dilaksanakan serenta oleh semua pangkalan PMR Wira yang ikut terlibat. Kegiatan massal juga diisi dengan orasi, pengumpulan tanda tangan, dan pembagian bunga serta brosur kepada masyarakat umum. Selain itu akan dipersembahkan performing art sebagai wujud unjuk karya siswa pada kegiatan ini. Pada klimaksnya akan diikrarkan bersama-sama ikrar pemuda dan pemerintah tentang “STOP AIDS” karena Kami peduli AIDS.

G.     WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Bertepatan dengan Peringatan Hari AIDS se-Dunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember, maka kegiatan ini dilaksanakan pada:
1.      hari/tanggal       : Kamis, 1 Desember 2011
2.      waktu                 : Pukul 13.30 WIB
3.      tembat               : Alun-alun Limpung

H.     SUSUNAN PANITIA
Adapun susunan panitia kegiatan tersebut terlampir.

I.        ESTIMASI DANA
Adapun dana yang dikeluarkan sebesar Rp 5.800.000,00, adapun perinciannya terlampir.

J.        PENUTUP
Demikian proposal Peringatan Hari AIDS se-Dunia ini kami susun dengan harapan agar mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait di dalamnya  demi kelancaran kegiatan ini.


Limpung, 20 Oktober 2011

Panitia Peringatan Hari AIDS se-Dunia
Forum Genersi Peduli AIDS (FGPA)



Ketua



Ahmad Syukron
Sekretaris



Siti Amalah



Mengetahui



Camat Limpung




Sempu Hanggojali, S.sos.
NIP: 195708211980031007




Penenggung Jawab Kegiatan




Rizki Murtikasari, S.Pd.

Jumat, 21 Juni 2013

MARS GERAKAN PEMUDA ANSOR

MARS GP ANSOR

Darah dan nyawa telah kuberikan
Syuhada rebah Allahu Akbar
Kini bebas rantai ikatan
Negara jaya Islam yang benar


Berkibar tinggi panji gerakan
Iman di dada patriot perkasa
Ansor maju satu barisan
Seribu rintangan patah semua


Tegakkan yang adil hancurkan yang dzalim
Makmur semua lenyap yang nista


Allahu Akbar – Allahu Akbar
Pajar baja gerakan kita
Bangkitlah bangkit putra pertiwi
Tiada gentar dada ke muka
Bela agama bangsa negerI

Minggu, 26 Mei 2013

Contoh Karya Tulis (Kegiatan Pondok Pesantren Roudlotu Firqotinnajiyyah (Rafirna) dan Manfaatnya)


KEGIATAN PONDOK PESANTREN ROUDLOTU
 FIRQOTINNAJIYYAH (RAFIRNA) DAN MANFAATNYA DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN TERSONO KABUPATEN BATANG


KARYA TULIS

Diajukan Untuk  Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mengikuti Ujian Nasional (UN)
SMA Wahid Hasyim Tersono













Disusun Oleh:
Nama        : Hardi Hartono
NIS           : 1444
Kelas         : XII-IPA
Program    : Ilmu Pengetahuan Alam



LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU
SMA WAHID HASYIM TERSONO BATANG
2012/2013

IDENTITAS PENULIS



Nama                        : Hardi Hartono
Tempat, tgl lahir       : 19 November 1993
Alamat                     : Dukuh Ponoragan, Desa Tanjungsari, Kecamatan Tersono
Agama                      : Islam
NIS                          : 1444
Kelas                        : XII-IPA
Program                    : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Judul karya tulis       : Kegiatan Pondok Pesantren Roudlotu Firqotinnajiyyah (Rafirna) dan Manfaatnya di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang


PENGESAHAN

Karya tulis yamg berjudul “Kegiatan Pondok Pesantren Roudlotu Firqotinnajiyyah (Rafirna) dan Manfaatnya di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang” ini telah di setujui dan disahkan pada:

Hari                        :
Tanggal                  :


















Mengetahui
Kepala SMA Wahid Hasyim
Tersono Batang



Drs. Aminudin

Pembimbing




Hera Widiyanti,S.Pd.



MOTTO

1.      Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.
2.      Tuntutlah ilmu dari buaian Ibu sampai keliang lahat.
3.      Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.
4.      Ilmu tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah pincang.
5.      Sampaikanlah walau satu ayat.
6.      Ilmu tanpa amalan bagaikan pohon tanpa buah.
7.      Barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia maka dengan ilmu, barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan kedua-duanya maka dengan ilmu pula
8.      Ilmu adalah cahaya yang menuntun seseorang menuju jalan yang terang benderang.
9.      Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
10.  Orang yang pintar akan kalah dengan orang yang rajin.
11.  Kejarlah suatu kesempurnaan walaupun kesempurnaan itu tak mungkin didapat.
12.  Akal dan pikiran adalah tambang emas yang tidak usah dicari dan dibeli, bila ingin menambang kekayaan cukup menggalinya sepuas mungkin.
13.  Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang pemberani, bertanggung jawab, dan tidak bingung disebabkan oleh kejadian yang tidak sesuai dengan pikirannya (Gitu saja kok repot.....!).
14.  Pergunakanlah masa mudamu sebelum datamg waktu tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu fakirmu, masa hidupmu sebelum datang saat kematianmu, dan waktu lapangmu sebelum datang waktu sibukmu.
15.  Agama adalah jalan bagi manusia untuk mencapai keselamatan dan kebhagiaan di dunia dan akhirat.
16.  The true love is love from the mother to his son.


PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan kepada:
1.      Ayahanda Eny Rochani(Alm) dan Ibunda Sulastri yang telah merawat, mendidik, dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.
2.      Kakanda-kakandaku  yang telah memberikan dukungan , motifasi dan bantuan dalam pembuatan karya tulis  ini.
3.      Bapak Drs. Aminudin selaku Kepala SMA Wahid Hasyim Tersono yang telah mendukung dan merestui karya tulis yang sederhana ini.
4.      Ibu Hera Widiyanti, S.Pd. selaku pembimbing yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
5.      Bapak KH. Busyaeri Achmad selaku pengasuh pondok pesantren Rafirna yang telah mengajari tentang ketabahan dan memberikan izin dalam proses observasi dan wawancara.
6.      Segenap dewan Guru dan staf karyawan SMA Wahid Hasyim Tersono yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan karya tulis ini.
7.      Teman-teman XII-IPA yang turut mendukung dan memberi motivasi kepada penulis.
8.      Kang-kang dan mbak-mbak santri yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini.











KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.  yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga karya tulis yang berjudul “Kegiatan Pondok Pesantren Roudlotu Firqotinnajiyyah (Rafirna) dan Manfaatnya di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang”  ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad saw., keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya.
Karya tulis yang sederhana ini penulis susun untuk  memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Ujian Nasional (UN) SMA Wahid Hasyim Tersono. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Drs. Aminudin selaku Kepala SMA Wahid Hasyim Tersono yang telah mendukung dan merestui karya tulis yang sederhana ini.
2.      Ibu Hera Widiyanti, S.Pd selaku pembimbing yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3.      Bapak KH. Busyaeri Achmad selaku pengasuh pondok pesantren Rafirna yang telah mengajari tentang ketegaran, dan memberikan izin dalam proses observasi dan wawancara.
4.      Segenap dewan Guru dan staf karyawan SMA Wahid Hasyim Tersono yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan karya tulis ini.
5.      Ayahanda Eny Rochani(Alm) dan Ibunda Sulastri yang telah merawat, mendidik, dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.
6.      Kakanda-kakandaku  yang telah memberikan dukungan , motifasi dan bantuan dalam pembuatan karya tulis  ini.
7.      Teman-teman XII-IPA yang turut mendukung penulis dan memberi motivasi kepada penulis.
8.      Kang-kang dan mbak-mbak santri yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca akan penulis terima dengan lapang hati sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi penulis agar kelak penulis dapat membuat dengan lebih baik lagi.
Semoga Karya tulis  yang penulis buat ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya serta dapat membantu meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun bangsa Indonesia tercinta ini.


Tersono,     Mei 2013


Penulis

















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................         i    
IDENTITAS PENULIS..............................................................................        ii    
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................       iii    
HALAMAN MOTTO.................................................................................       iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................        v
KATA PENGANTAR................................................................................       vi
DAFTAR ISI...............................................................................................     viii    

BAB I      : PENDAHULUAN
A.    Alasan Pemilihan Judul.......................................................        2
B.     Tujuan Penulisan.................................................................        2
C.     Pembatasan Masalah...........................................................        3
D.    Metode Pengumpulan Data................................................        3
E.     Sistematika Penulisan..........................................................        4

BAB II    : LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Pondok Pesantren..............................................        5
B.     Gambaran Umum Pondok Pesantren..................................        5
C.     Tujuan Diadakannya Kegiatan-Kegiatan
di Pondok  Pesantren...........................................................      21
D.    Faktor-Faktor Yang Mendukung Kegiatan-Kegiatan
di Pondok Pesantren............................................................      22

BAB III   : PEMBAHASAN
A.    Kegiatan-Kegiatan Pondok Pesantren Rafirna dan
Manfaatnya.........................................................................      23
1.      Pembelajaran Kitab Kuning...........................................      23
2.      Tadarus Al-Qur’an dan Tahfidzul Qur’an.....................      28
3.      Tilawatul Qur’an............................................................      32
4.      Sholawat Rebana...........................................................      33
5.      Tarbiyatul Mubalighin...................................................      35
6.      Pembacaan Majmuatul Mawalidi..................................      36
7.      Ziarah Kubur.................................................................      36
8.      Akhirussanah.................................................................      38
9.      Musabaqoh....................................................................      38
10.  Ro’an.............................................................................      40
11.  Liga Dengkul Rafirna (LDR)........................................      40
B.     Pembinaan Aqidah Akhlak.................................................      41
1.      Tutur Kata.....................................................................      42
2.      Sikap dan Tingkah Laku................................................      42
C.     Masalah dan Solusi.............................................................      43
1.      Masalah.........................................................................      43
a.       Kondisi Pondok Pesantren......................................      43
b.      Penyimpangan Sosial Agama Para Santri................      43
2.      Solusi.............................................................................      44
a.       Kewajiban................................................................      43
b.      Larangan .................................................................      44
c.       Sanksi......................................................................      44

BAB IV   : PENUTUP
A.    Simpulan..............................................................................      46
B.     Saran....................................................................................      46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN


Agama Islam sangat memperhatikan dan mengutamakan pendidikan dalam mencari ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya untuk meraih prestasi. Dengan ilmu hidup manusia menjadi terarah, manusia dapat menjalankan kewajibannya dengan benar, dan dengan ilmu pula ibadah serta muamalah seorang muslim menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia di dunia ini. Untuk memperoleh kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat menopang dan mendorong kehidupan kita, dan untuk memperolah kehidupan akhirat yang layak kita juga memerlukan ilmu sebagai bekal di akhirat kelak. Dengan demikian kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai tujuan hidup manusia insya Allah akan tercapai.
Untuk memperoleh pengetahuan sebagai bekal kehidupan perlu adanya niat yang ikhlas, kemampuan, kesabaran, adanya guru sebagai pembimbing, keinginan yang kuat, dan ditempuh dalam waktu yang tidak singkat. Di Indonesia pendidikan dapat dilakukan secara berjenjang, salah satunya adalah pendidikan formal yang dibatasi dengan waktu dan usia serta metode pengajarannya yang menggunakan sistem kurikulum mata pelajaran umum. Pendidikan formal dibagi menjadi beberapa tingkatan yang terdiri atas SD/MI, SMP/MTs, SMA/MS/SMK dan perguruan tinggi yaitu Akademi/Insitut/Universitas/Politeknik/Sekolah Tinggi. Di samping adanya pendidikan formal ada juga pendidikan non formal atau informal yang tidak dibatasi dengan waktu dan usia serta metode pengajarannya tidak menggunakan kurikulum mata pelajaran umum  melainkan berdasarkan ketetapan pengelola. Contohnya adalah perpustakaan, majelis ta’lim, madrasah diniyyah, dan pondok pesantren.

1
 
Di dalam sekolah, madrasah, majelis ataupun pondok pesantren tentu terdapat kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Oleh karene itu dengan  melakukan kegiatan secara konsisten, maka akan membentuk manusia yang kreatif, inovatif, berfikir rasional dan mampu berfikir panjang terhadap suatu hal.
A.    Alasan Pemilihan Judul
Dalam konteks ini penulis memilih judul “Kegiatan Pondok Pesantren Roudlotu Firqotinnajiyyah (Rafirna) dan Manfaatnya di Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono Kabupaten Batang” dengan alasan sebagai berikut:
1.      Penulis merasa tertarik untuk mengikuti dan mengetahui peranan kegiatan-kegiatan pondok pesantren Rafirna dan manfaatnya untuk kehidupan para santri dan masyarakat.
2.      Penulis ingin mengetahui perkembangan di dalam pondok pesantren Rafirna.
3.      Lokasi pondok pesantren Rafirna dekat dengan penulis, sehingga memudahkan penulis memperoleh data-data dan informasi.
4.      Penulis ingin mengembangkan hasil studi kegiatan-kegiatan pondok pesantren  Rafirna  sebagai pengetahuan dan pengalaman yang insya Allah berguna bagi penulis pada khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya.

B.     Tujuan Penulisan
Sebagaimana telah dikemukakan oleh penulis di atas, bahwa penulis menyusun karya tulis ini karena merasa tertarik untuk mengetahui peranan dan manfaat kegiatan-kegiatan pondok pesantren Rafirna. Adapun dalam penulisan karya tulis ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Karya tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2012/2013 SMA Wahid Hasyim Tersono.
2.      Agar penulis dan pembaca menyadari betapa penting dan bermanfaatnya menuntut ilmu agama.
3.      Penulis ingin menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan menulisnya.
4.      Penulis ingin menuangkan suatu karya yang dapat menjadi bahan studi bagi orang yang membutuhkannya.
5.      Penulis ingin mengungkapkan kecintaanya terhadap ilmu agama.
6.      Penulis ingin mengungkapkan bahwa kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren Rafirna tidak kalah hebatnya dengan kegiatan-kegiatan yang ada di pesantren lain.

C.    Pembatasan Masalah
Sebenarnya banyak sekali hal yang dapat dibahas dalam penulisan karya tulis ini. Namun untuk memudahkan dalam pembahasan karya tulis ini, maka penulis memberikan batasan pada seputar kegiatan di pondok pesantren Rafirna dan hal-hal yang ada di lingkungan pondok pesantren tersebut.

D.    Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi dan data dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1.      Metode Literatur
Metode literatur atau kepustakaan adalah mencari, membaca, menelaah dan menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan hal-hal yang akan dibahas dalam penulisan karya tulis ini.
2.      Metode Observasi
Metode observasi atau pengamatan adalah pengamatan secara langsung dengan menggunakan alat-alat indra atau alat-alat bantu lainnya untuk memperoleh data yang berkaitan tentang masalah-masalah yang dikaji.
3.      Metode Interview
Metode interview atau wawancara adalah pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab dengan narasumber, yakni pihak yang mempunyai potensi untuk memberikan informasi kepada pewawancara. Metode ini dilakukan penulis dengan mewawancarai kyai, dewan asatid, dan para santri serta pihak-pihak lain yang dipandang perlu untuk memberikan informasi.
E.     Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis dalam penulisan karya tulis, dan mempermudah pembaca dalam memahami karya tulis ini, maka penulis membagi karya tulis ini menjadi empat bab:
Bab I             :merupakan pendahuluan yang berisi tentang alasan     pemilihan judul, tujuan penulisan karya tulis, pembatasan masalah, metode pengumpulan data yang di gunakan penulis dalam menyusun karya tulis, dan sistematika penulisan.
Bab II            :merupakan landasan teori yang brisi teori dan konsep-konsep yang di gunakan untuk membahas permasalahan dalam judul, yang meliputi pengertian pondok pesantren, gambaran umum pondok pesantren, tujuan diadakannya kegiatan-kegiatan di pondok pesantren, dan faktor-faktor yang mendukung kegiatan-kegiatan di pondok pesantren.
Bab III          :merupakan pembahasan yang meliputi kegiatan-kegiatan pondok pesantren Rafirna dan manfaatnya, pembinaan aqidah akhlak, dan masalah-masalah yang di hadapi oleh pondok pesantren serta solusinya.
Bab IV          :merupakan penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.
Sebagai kelengkapan karya tulis ini, penulis menyertakan daftar pustaka dan lampiran.















BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok pesantren merupakan dua kata yang mempunyai satu kesatuan makna. Kata “pondok” berasal dari pengertian asrama-asrama para santri, atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau mungkin berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti hotel sederhana, wisma atau asrama. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata “santri” dengan awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti tempat tinggal para santri. Profesor  Jhons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan C.C. Berg berpebdapat bahwa istilah tersebut berasal dari kata “shastri” yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren merupakan asrama tempat santri atau murid-murid belajar mengaji dan sebagainya. Sedangkan pondok merupakan bangunan untuk tempat sementara, rumah, bangunan tempat tinggal yang berpetak-petak yang berdinding bilik dan beratap rumbia, madrasah dan asrama. Menurut istilah, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, tempat santri belajar agama Islam dan menerapkan moralitas Islam sebagai pedoman.

B.     Gambaran Umum Pondok Pesantren
1.      Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

5
 
Terlepas dari semua itu, karena yang dimaksud istilah pesantren dalam pembahasan ini adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam di tanah air, khususnya di pulau Jawa, dimulai dan dibawa oleh walisongo. Maka model pesantren di pulau Jawa juga mulai berdiri dan berkembang sezaman dengan walisongo. Karena itu tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama berdiri adalah pondok pesantren yang didirikan oleh syekh Maulana Malik Ibrahim (syekh Maghribi) yang berasal dari Gujarat. Syekh Maulana Malik Ibrahim dikenal juga dengan nama sunan Gresik, karena padepokan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mengajarkan ilmu agama Islam yang ada di wilayah Gresik, Jawa Timur. Meskipun begitu, tokoh yang dianggap berhasil mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren dalam arti yang sesungguhnya adalah Raden Rahmat (sunan Ampel). Beliau mendirikan pesantren Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya memiliki tiga santri, yaitu Wiryo Suroso, Abu Hurairah, dan Kyai Kembang Kuning. Kemudian beliau pindah ke Ampel Denta, Surabaya, dan mendirikan pondok pesantren disana. Akhirnya beliau dikenal dengan sebutan sunan Ampel.
Sedangkaan Mastuhu berpendapat bahwa kapan pesantren pertama kali didirikan dan oleh siapa, tidak ada keterangan yang pasti. Dan hasil pendataan Departemen Agama pada tahun 1984-1985, diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062, atas nama pesantren Tan Jampes II di Pamekasan, Madura. Tetapi Hal ini diragukan, karena tentunya pesantren Tan Jampes I yang lebih tua, dan dalam buku Departemen Agama tersabut banyak dicantumkan pesantren tanpa tahun pendirian. Jadi mungkin mereka memiliki usia yang lebih tua. Mastuhu menambahkan bahwa pesantren telah mulai dikenal di bumi Nusantara ini dalam periode abad ke-13 sampai 17 M, dan di pulau Jawa pada abad ke-15 sampai 16 M. Melalui data sejarah tentang masuknya Islam di Indonesia,yang bersifat global atau makro tersebut sangat sulit menentukan tahun berapa dan dimana pesantren pertama kali didirikan.
Pada awalnya rintisan pesantren bukan hanya menekankan misi pendidikan melainkan juga dakwah, bahkan misi yang terakhir lebih menonjol. Lembaga dakwah sama dengan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang selalu mencari lokasi baru agar dapat mengembengkan misinya. Dalam perjalanan selanjutnya lembaga pendidikan agama Islam diteruskan oleh para kyai yang menyediakan tempat tinggal para santri yang ingin menelaah kitab-kitab klasik yang dikenal dengan nama pondok pesantren. Seorang kyai biasanya telah memiliki ilmu yang mendalam, baik dalam agama maupun dalam bidang lain, serta bias diteladani. Pondok pesantren didirikan oleh seorang kyai yang mendapatkan dukungan dari masyarakat. Ketika awal berdirinya pesantren, seorang kyai memilih tempat atau lokasi pesantren dari hasil wakaf dari para dermawan. Biasanya pesantren berdiri ketika kehidupan masyarakat banyak bertentangan dengan syariat Islam. Oleh karena itu misi pesantren di samping membentuk santri agar menjadi orang yang berilmu dan berakhlakul karimah juga menyebarkan syiar agama Islam atau pesan agama yang  berupa perintah Allah dan perintah menjauhi larangan-larangan-Nya.

2.         Dasar dan Tujuan Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang didirikan atas dasar Tafaqqohu Fiddin yakni kepentingan umat Islam untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam. Dasar yang digunakan adalah Firman Allah surat At-Taubah ayat 122:

وماكان المؤمنون لينفروا كا فة قلى فلولانفرمن كل فرقة مهم طا ئفة ليتفقهوا الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلهم يحذ رون

artinya:”Tidak sepatutnya lagi bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat  menjaga dirinya”.(Q.S. At-Taubah: 122)

Jadi ayat di atas mengandung maksud agar seseorang mendalami agama dan tempat yang digunakan adalah pondok pesantren. Dan tujuan pondok pesantren itu sendiri adalah membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan Negara.­­­­

3.    Prinsip-Prinsip Pondok Pesantren
Prinsip-prinsip pondok pesantren terlihat dalam elemen-elemen dan pola hidup santri yang memperlihatkan ciri-ciri pendidikan pondok pesantren. Menurut Zamakhsari Dhafier, terdapat lima elemen dasar yang menjadi unsur pesantren, yaitu: kyai, masjid, santri, asrama/pondok, dan pengajaran kitab kuning atau kitab-kitab klasik. Sedangkan Soedjoko Prasodjo menggambarkan bahwa elemen dasar dan tradisi pesantren tergantung dengan pola pesantrennya, dari yang paling sederhana sampai yang paling maju. Pola I adalah pesantren yang hanya terdiri atas masjid dan rumah kyai. Pola II ialah pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, dan pondok. Pola III ialah pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok dan madrasah. Pola IV terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok, madrasah dan tempat keterampilan. Pola V ialah pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok, madrasah, tempat keterampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga, dan sekolah umum.
a.       Kyai
Adanya kyai sebagai figur sentral, yaitu seorang yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang tinggi, bertugas membimbing dan mengajarkan ilmu agama kepada para santri. Disamping itu juga sebagai pemutus segala kebijakan dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran bagi para santri. Kyai dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh para khadamnya.
Menurut Martin Van Bruinessen, kyai merupakan unsur kunci dalam pesantren, karena itu sikap hormat (takdzim) dan kepatuhan mutlak terhadap kyai adalah salah satu nilai pertama yang ditanamkan kepada santri. Daud Rasyid menambahkan, kyai dan santri akan berinteraksi secara continue dan lama di pesantren, sehingga seluruh kegiatan santri dapat diawasi dan dibentuk oleh kyai. Kyai dengan karomahnya, adalah orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Allah dan rahasia alam. Dengan demikian, kyai dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau, utamanya oleh orang biasa. Karena karomahnya, santri dan masyarakat menyerahkan kekuasaan yang luas kepada kyai, dan biasanya mereka percaya hanya orang-orang tertentu yang bisa mewarisi karomahnya tersebut seperti keturunannya dan santri kepercayaannya.
b.      Masjid
Masjid merupakan elemen yang paling penting, sebab masjid merupakan tempat pusat kegiatan yang ada bagi umat Islam dan juga sebagai tempat pembelajaran para santri. Charles Michael Stanton menulis bahwa pendidikan formal yang ada dalam Islam berawal dari masjid, dengan kegiatan halaqoh yang diadakan di dalamnya. Begitu juga dalam pondok pesantren, masjid dijadikan sebagai pusat pendidikan, dan merupakan manivestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain, kesinambungan sistem pendidikan Islam tradisional terpusat pada masjid. Setelah itu, seorang kyai yang ingin mengembangkan pesantren, biasanya yang pertama didirikan adalah masjid di dekat rumahnya, karena dengan demikian berarti ia telah memulai sesuatu dengan simbol keagamaan, yaitu masjid yang merupakan rumah Allah, dimana di dalamnya dipenuhi dengan rahmat dan ridho Allah swt.
c.       Santri
Santri adalah sisiwa yang tinggal di pesantren, guna menyerahkan diri sebagai anak didik yang menuntut ilmu pengetahuan agama kepada para kyai. Hal ini merupakan prasyarat mutlak untuk memungkinkan dirinya menjadi anak didik kyai dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain, ia harus memperoleh kerelaan kyai, dengan mengikuti segenap kehandaknya dan melayani segenap kepentingannya. Pelayanan harus dianggap sebagai tugas kehormatan yang merupakan ukuran penyerahan diri itu. Kerelaan kyai ini, yang dikenal di pesantren dengan nama “barokah”, adalah alasan tempat berpijaknya santri di dalam menuntut ilmu. Menurut Zamaksani Dhofier, ada dua kelompok santri, yaitu:
1)      Santri mukim, adalah murud-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren.
2)      Santri kalong, adalah murid-murid yang berasal dari daerah desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap di pesantren. Para santri kalong memulai aktivitasnya belajar dipesantren ketika waktu sudah petang dan malam, oleh karena itu disebut santri kalong.
d.      Pondok/Asrama
Pondok atau asrama adalah sebagai tempat para santri melepaskan lelah setelah seharian melakukan kegiatan  pembelajaran. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang lebih menekankan aspek moralitas kepada santri dalam kehidupan ini karena untuk nilai-nilai tersebut diperlukan gemblengan yang matang kepadanya, dan untuk memudahkan itu diperlukan sebuah asrama sebagai tempat tinggal dan belajar di bawah bimbingan seorang kyai. Pada kebanyakan pesantren dahulu, seluruh komplek bukan merupakan milik kyai saja, melainkan milik masyarakat. Hal ini disebabkan karena para kyai sekarang memperoleh sumber-sumber keuangan untuk membiayai pendanaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat. Ada tiga alasan pesantren harus menyediakan asrama bagi santri, yaitu:
1)      Kemashuran seorang kyai dan kedalaman ilmu pengetahuan tentang Islam menarik santri dari jauh, untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama. Para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap di kediaman kyai.
2)      Hampir semua pesantren yang berada di desa-desa, dimana tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung para santri, dengan demikian perlu adanya asrama khusus bagi para santri.
3)      Asrama tersebut adalah sebagai sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri menganggap para kyai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap para santri sebagai titipan tuhan yang harus senantiasa dilindungi.
e.       Kitab Kuning
Kitab kuning atau kitab klasik yang menjadi sumber pembelajaran para santri, pada umumnya dipahami sebagai kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, menggunakan aksara Arab (huruf hijai’iyah), yang dihasilkan oleh para ulama’ dan pemikir muslim lainnya dimasa lampau, khususnya yang berasal dari Timur Tengah. Kitab kuning mempunyai format tersendiri yang khas dan warna kertas “kekuning-kuningan”. Harus diakui, sulit untuk melacak kapan waktu persis mulai terjadinya penyebaran dan pembentukan awal tradisi kitab kuning di Indonesia. Historiografi tradisional dan berbagi catatan baik lokal maupun asing tentang penyebaran agama Islam di Indonesia, tidak menyebutkan judul-judul kitab yang digunakan di dalam masa-masa awal perkembangan Islam di Indinesia. Meski ada beberapa historiografi tradisional, seperti hikayat raja-raja pasai, sejarah melayu dan semacamnya juga menyinggung masalah-masalah yang berkenaan dengan syari’ah atau fiqih dan masalah-masalah keimanan.
Mereka umumnya tidak memberikan rujukan kepada kitab-kitab tertentu. Begitu pula kitab undang-undang di berbagai kesultanan, yang sering mengutip ketentuan- ketentuan fiqih syafi’i, misalnya juga tidak menjelaskan kitab rujukannya dan tentu saja tidak menyinggung apakah kiab-kitab itu juga bisa ditemukan di Nusantara. Penelitian Van Den Berg tentang buku-buku yang digunakan di lingkungan pesantren di pulau Jawa dan Madura pada abad 19 memang mendaftar adanya kitab-kitab yang ditulis para ulama’ Timur Tengah sejak abad 9 dan seterusnya, tetapi ini tidak berarti bahwa kitab-kitab itu telah beredar di Indonesia tak lama setelah kitab-kitab tersebut di tulis pengarang atau penyalinnya di Timur Tengah.
Selain terdapat lima elemen pendidikan pondok pesantren di atas, juga terdapat pola hidup santri sehari-hari, yaitu:
1)      Para santri dibiasakan untuk hidup seadanya baik dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup maupun prasarana belajarnya.
2)      Para santri hendaknya berjiwa ikhlas yakni jiwa yang tidak didorong oleh ambisi apapun untuk memperoleh keuntungan tertentu tetapi semata-mata demi ibadah kepada Allah.
3)      Para santri harus berjiwa sederhana, namun tidak berarti melarat, nrimo, dan miskin tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketahanan hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala kesulitan, harus berjiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perkembangan sosial.
4)      Para santri harus berjiwa ukhuwah Islamiyah, yaitu jiwa demokratis yang tergambar dalam suatu dialogis dan akrab antar komunitas pondok pesantren yang dipratikkan dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan tersebut akan mewujudkan suasana damai, sepenanggungan yang membantu dalam pembentukan dan pembangunan idealisme santri.
5)      Para santri dididik untuk mandiri dalam rangka membentuk kondisi pondok pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang merdeka, yang tidak menggantungkan diri pada bantuan dari pihak lain.
6)      Para santri berjiwa bebas  dalam memilih alternatif jalan hidup untuk masa depannya dengan jiwa besar dan sifat optimis dalam menghadapi segala problema hidup berdasarkan nilai-nilai Islam.
7)      Tunduknya santri kepada kyai, semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga pesantren sangat tergantung pada restu kyai.
8)      Kebiasaan untuk melakukan amal sholeh, puasa, sholat, dan takarub kepada Allah.
9)      Kedisiplinan sangat ditekankan dalam kehidupan pondok pesantren.


4.      Klasifikasi Pondok Pesantren
Secara garis besar pondok pesantren dibagi menjadi dua, yaitu pondok pesantren salafi dan kholafi.
a.       Pesantren Salafi adalah pesantren yang mengajarkan dan mengkaji kitab-kitab kuning ( kitab klasik atau kuno ) sebagai inti pendidikan pesantren tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional yang berbeda dengan pesantren moderen dalam hal metode pengajaran dan infra strukturnya. Di pesantren salaf, hubungan antara kyai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kyai terjun langsung dalam menangani para santri.
b.      Pesantren kholafi adalah pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasah) atau telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum (ilmu umum) dan ilmu agama serta memberikan pendidikan keterampilan.
Namun seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk, hingga substansinya telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Menurut Yacub yang dikutip oleh Khozin ada beberapa pembagian pondok pesantren dan tipologinya, yaitu:
a.       Pesantren Salafi
b.      Pesatren Kholafi
c.       Pesantren Kilat, yaitu pesatren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan bisa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitikberatkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri atas siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan di pesantren kilat.
d.      Pesantren Terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vokasional atau kejuruan  sebagaimana balai   latihan kerja di Departemen Latihan Kerja dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santri mayoritas berasal dari kalangan anak-anak putus sekolah atau para pencari kerja.
Secara garis besarnya dapat dilihat dari perbedaan antara pondok pesantren salafi dan kholafi dalam tabel berikut ini:
NO
Pesantren Salafi
Pesantren Kholafi
1
Terbatas hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama (Tafaqohu Fiddin) yang bersumber pada literatur Islam klasik/kitab kuning.
Pondok pesantren mengajarkan Ilmu agama dan pengatahuan umum.
2
Metode yang dipakai adalah bandongan/wetonan, sorogan, hafalan dalam bentuk nadzom dan klasikal tanpa bangku dan waktunya malam hari.
Metode yang dipakai menggunakan sistem klasikal (madrasah) kurikulum mata pelajaran umum dan keterampilan dipadukan dengan agama.
3
Santri dibiasakan hidup dalam kesalihan, ritual (sholat jama’ah, sholat lail, puasa sunnah dan sebagainya).
Kehidupan santri disesuaikan dengan program pendidikan nasional atau pendidikan formal
4
Tidak mengharapkan ijazah untuk melanjutkan kejenjeng yang tinggi atau pegawai negeri.
Ijazah diperlukan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5
Para santri biasanya kembali ketempat asal dan menjadi guru ngaji serta peran keagamaan lainnya.
Lulusan pesantren diharapkan mampu menjadi cendikiawan muslim yang bermanfaat bagi masyarakat, agama, dan negara.
6
Sosok kyai sebagai pemimpin karismatik yang dapat dijadikan sebagai panutan para santri dan peduli terhadap kehidupan masyarakat, serta pengayom baik tingkat lokal, ragional, maupun global.
Pemimpim pesantren yang responsif yang selalu berpegang kepada prinsip bahwa pesantren merupakan lembaga untuk memberikan pelayanan kepada komunitas pesantren dan masyarakat.
7
Sarana prasarana sederhana yang seadanya, dan kurang memperhatikan kesehatan.
Sarana prasarana lebih disesuaikan dengan kebutuhan santri agar KBM berjalan lancer dan memperhatikan kesehatan.
8
Jenjang pendidikan tidak dibatasi waktu, usia, tetapi penguasaan kitab ditentukan dari yang rendah sampai paling tinggi.
Jenjang pendidikan dibatasi dengan waktu dan usia.

Contoh pondok pesantren salafi dan kholafi dapat dilihat dalam table berikut ini:
NO
Pondok Pesantren Salafi
Pondok Pesantren Kholafi
1
Pondok pesantren Blok Agung Banyuwangi, Jawa Timur.
Pondok pesantren Tebuireng, Tambakberas Jombang, Jawa Timur.
2
Pondok pesantren Miftahul Huda Jampes Kediri, Jawa Timur.
Pondok pesantren Pandan Arang Sleman, Yogyakarta.
3
Pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang, Jawa Tengah.
Pondok pesantren Krapyak Sleman, Yogyakarta.
4
Pondok pesantren APPI Tegalrejo Magelang, Jawa Tengah.
Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Solo.

Trasformasi dan dahsyatnya dentuman globalisasi dengan  karakteristik moderen menjadikan masyarakat yang dulunya eksklusif menjadi lebih terbuka, lebih siap menerima perubahan dan semakin mencirikan____meminjam bahasanya Karel Popper____ sebagai masyarakat yang terbuka (the open society). Akibatnya perubahan itu membawa dampak pada semakin tajamnya titik persinggungan dan gesekan dimana dinamika hidup yang terjadi sering kali diwarnai dialektika dan benturan antar sistem nilai dan kultur yang berlainan. Termasuk dalam dinamika pendidikan pesantren di Indonesia dari waktu ke waktu terus mengalami penyesuaian-penyesuaian (adjustment) dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen.
Tidak sepenuhnya benar bahwa pesantren selalu diidentikkan sebagai lembaga pendidikan anti-perubahan, eksklusif, konservatif (tradisional) ataupun tidak demokratis dan sebagainya. Dalam  konteks ini, bangsa Indonesia secara historis sebenarnya mengalami pergulatan sangat panjang dalam melakukan resistensi dan antisipasi terhadap pengaruh modernisasi. Perjuangan dengan nafas panjang para founding fathers dalam mendirikan negara-negara melawan pengaruh modernisasi dalam bentuk imperialisme dan kolonialisme melalui revolusi fisik sepanjang zaman.
Hal ini secara tidak langsung berimbas pada wilayah, agama, ideologi, dan pendidikan. Disinilah genealogi pendidikan Indonesia mulai menjadi perdebatan dan mengalami proses transformasi, khususnya perdebatan soal sistem pendidikan Islam yang direpresentasikan  oleh pesantren, sehingga dalam perjalanan sejarahnya, pendidikan pesantren selalu mengalami pasang surut mengikuti ritme perubahan zaman.

5.      Pesantren Kini Dalam Pembentukan Moral Generasi Bangsa
Jika kita amati, lembaga pendidikan pesantren saat ini kelihatan mengalami semacam “kebangkitan”, atau setidaknya menemukan popularitas baru. Secara kuantitatif jumlah pesantren meningkat, berbagai pesantren baru muncul dimana-mana, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Sumatra. Yang menarik dari perkembangan kuantitatif ini adalah gejala pertumbuhan pesantren-pesantren baru di wilayah urban, seperti Jakarta dan wilayah-wilayah sekitarnya (Jabotabek).
Diantara pesantren baru wilayah urban yang mengalami perkembangan yang cukup fenomenal, misalnya pesantren Darul Muttaqin di Parung, Bogor. Lalu di pasar Usang, di dekat kota Padang telah berdiri pesantren moderen Prof. Dr. Hamka, dan juga di Samarinda, Kalimantan timur berdiri pondok pesantren Nabil Husein. Sementara itu, perkembangan fisik bangunan pesantren juga mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat observable. Banyak pesantren diberbagai tempat di wilayah urban maupun pedesaan mempunyai gedung-gedung atau bangunan yang megah, dan lebih penting lagi sehat dan kondusif sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan yang baik. Dengan demikian, citra yang pernah disandang pesantren sebagai komplek bangunan reot dan tidak higienis semakin memudar. Pada satu lagi perkembangan fisik pesantren mengindikasikan terjadinya  peningkatan swadaya dan swadana masyarakat muslim sebagai hasil dari kemajuan ekonomi yang dicapai kaum muslim dalam pembangungn.
Pada segi lain, kemunculan pesantren-pesantren baru yang ternyata dengan cepat menjadi popular itu dalam sekala sedikit luas agaknya merupakan salah satu indikasi tambahan tentang tengah berlangsungnya secara intens apa yang disebut sebagai pengamat sebagai proses “santrinisasi’ kaum muslimin Indonesia.
Lebih jauh lagi, kemunculan pesantren-pesantren urban bias jadi merupakan indikasi labih lanjut tentang kerinduan orang tua-orang tua muslim untuk mendapatkan pendidikan Islam yang baik, tetapi sekaligus kompetitif bagi anak-anak mereka. Atau sebaliknya, boleh jadi mengindikasikan kepasrahan orang tua muslim, terutama di wilayah urban yang merasa tidak mampu lagi mendidik sendiri anak-anak mereka secara Islami, atau tidak yakin bahwa anak-anak mereka akan mendapatkan pendidikan agama yang memadai dari sekolah-sekolah umum dan oleh karena itu menyerahkan anak-anak mereka ke pesantren.
Dalam rangka analisis semacam ini, sebenarnya orang tua atau bahkan masyarakat muslim umumnya masih memegangi citra dan harapan lama terhadap pesantren. Jelasnya bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang mampu membentuk dan menyiapkan anak didiknya menjadi muslim yang baik. Paling tidak secara implisit bisa dipahami bahwa inilah harapan pokok orang tua atau masyarakat muslim umumnya terhadap pesantren dewasa ini. Oleh karena itu, tugas pokok yang dipikul pesantren pada esensinya adalah mewujudkan manusia dan masyarakat muslim Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Dalam kaitan ini secara lebih khusus lagi pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih dari pada itu, diharapkan dapat memikul tugas yang tak kalah pentingnya, yaitu melakukan reproduksi ulama’.
Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan, dan akhlaknya para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Para santri diharapkan dapat memainkan fungsi ulama’ dan pengakuan terhadap keulama’an mereka yang biasanya pelan-pelan tapi pasti datang dari masyarakat. Selain itu pesantren juga bertujuan untuk menciptakan manusia muslim yang mandiri, dan ini merupakan kultur pesantren yang sangat menonjol, yang mempunyai swakarya dan swadaya. Dengan demikian keunggulan Sumber Daya Manusia yang ingin dicapai pesantren adalah terwujudnya generasi muda yang berkualitas tidak hanya dalam aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.
Tetapi sesuai dengan sifat distigtifnya sebagai lembaga pendidikan Islam yang mempunyai sub-kultural yang distigtif pula. Pesantren harus lebih mengorientasikan peningkatan kualitas santrinya kearah penguasaan ilmi-ilmu agama Islam. Karena bagaimanapun sampai sekarang ini pesantren tetap masih merupakan  lembaga pendidikan Islam yang paling efektif dalam melakukan trasmisi dan transfer ilmu-ilmu agama.

6.      Prospek Pesantren di Masa Depan
Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang memengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya atau pendidikan Islam, termasuk pesantren. Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru bagi masyarakat muslim Indonesia. Bahkan bebarengan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan dari waktu ke waktu.
Sumber globalisasi tersebut adalah Timur Tengah khususnya mula-mula Makkah dan Madinah sejak abad ke-20, juga Kairo. Karena itu seperti biasa diduga, globalisasi ini lebih bersifat religio-intelektual, meski dalam kurun-kurun tertentu, juga diwarnai oleh semangat religio-politik. Tetapi globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini tidak lagi bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat yang terus memegang supremasi  dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya. Globalisasi yang bersumber dari Barat tampil dengan watak ekonomi-politik dan sains-teknologi.
Dominasi dan hegemoni politik Barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah merosot, khususnya setelah berakhirnya perang dunia kedua dan perang dingin. Tetapi hegemoni ekonomi dan sains teknologi Barat tetap belum tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru,seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi kultur hegemoni ekonomi dan sains-teknologi, tetap sarat dengan nilai-nilai Barat. Dengan demikian hegemoni tadi menemukan momentum baru, yang pada gilirannya mempercepat proses globalisasi.
Hegemoni ekonomi dan dan sains-teknologi jelas bukan persoalan sederhana. Hegemoni dalam bidang-bidang ini bukan hanya menghasilkan globalisasi ekonomi dan sains-teknilogi, tetapi juga bidang-bidang intelektual, sosial, nilai-nilai dan gaya hidup dan seterusnya. Globalisasi Coca Cola atau MC Donald, bukan sekedar ekspansi ekonomi, tetapi juga gaya hidup dengan segala implikasinya. Globalisasi MC Donald misalnya menimbulkan perubahan dalam pola dan jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat. Perubahan ini pada gilirannya menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi kesehatan masyarakat, penyakit-penyakit, semacam tingginya kolestrol, obesitas (kegemukan) sekarang dikhawatirkan ahli-ahli kesehatan Indonesia semakin menyebar dalam sebagian masyarakat Indonesia, terutama di wilayah-wilayah dimana ekspansi dan penetresi Mc Donaldnisasi dan Coca Colanisasi ini terlihat paling kuat.
Hal yang sama juga bisa dilihat pada hegemoni model-model pendidikan Barat terhadap sistem pendidikan nasional Indonesia. Itulah sebabnya kedepan pondok pesantren harus melakukan pembenahan diri dengan maksimal dan terencana. Model pendidikan Islam yang diemban oleh pondok  pesantren harus terus mengalami pembaharuan-pembaharuan dimana karakteristik pondok pesantren harus tetap melekat kuat dan menjadi jiwa dari pergerakan pondok pesantren. Dan bersamaan dengan itu, pengadopsian model-model pendidikan moderen harus dilakukan tanpa mengurangi sedikitpun pengaktualisasian nilai-nilai keislaman yang hidup dalam pesantren. Lebih dari itu tranformasi penguasaan teknologi moderen serta profesionalisme para santri juga harus dikedepankan sebagai salah satu misi pondok pesantren moderen. Hal yang amat penting adalah pondok pesantren juga harus menerapkan prinsip-prinsip bahwa pondok pesantren adalah sebuah komunitas sosial masyarakat Islam yang juga harus diikuti dengan berkembangnya kegiatan ekonomi moderen dalam pesantren, yang mendukung kuatnya posisi ekonomi pesantren dimata masyarakat moderen. Sudah saatnya bahwa pondok pesantren juga harus menjadi sebuah sistem pendidikan yang menyeluruh, menyatu dan terintegrasi, dimana di dalam kawasan pondok pesntren  berdiri taman bermain anak-anak (play Group), Taman Kanak-Kanak, pondok pesantren moderen SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Kedepan, dengan kelenturannya untuk memodernisasikan model pendidikan Islam di dalam pondok pesantren, maka pesantren akan terus ikut berkembang menjadi Centre of Moslem Revitalisations (Pusat Revitalisasi Islam). Disini, lulusan-lulusan pesantren akan mengabdikan diri sebagai pembaharu dan modernis Islam dan membentuk serta mewarnai dunia moderen, khususnya bangsa Indonesia dengan nafas Islam yang dibawanya dari pesantren. Dan dengan itu akan lahir peradapan Islam yang moderen, yang mampu berkembang dan  membentuk tata dunia baru Islam  sebagai Rahmatan Lil Alamin (Islam sebagai rahmat bagi dunia) dan bukan  sebagaimana menjadi sebuah kekuatan yang seringkali diisukan sebagai ancaman bagi dunia moderen.

C.    Tujuan Diadakannya Kegiatan-Kegiatan di Pondok Pesantren
Amat sulit untuk menggambarkan tujuan kegiatan-kegiatan atau pendidikan pesantren secara pasti dan seragam. Hal ini disebabkan karena pesantren mempunyai kebiasaan untuk tidak merumuskan dasar dan tujuan pendidikan atau kegiatan secara eksplisit. Hal ini karena sifat kesederhanaan pesantren, sesuai dengan dorongan berdirinya, dimana kyai mengajar dan santri belajar semata-mata untuk ibadah lillahita’ala, dan tidak pernah di hubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan kehidupan atau tingkat jabatan tertentu dalam hirarki sosial.
Adapun tujuan kegiatan-kegiatan atau pendidikan pesantren menurut M.Arifin pada dasarnya terbagi menjadi dua hal, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.      Tujuan umumnya adalah membimbing anak didik (santri) untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam dan sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2.      Tujuan khusus
a.       Mempesiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan.
b.      Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
c.       Mendidik santri agar menjadi kader-kader ulama’ dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta, dan mengamalkan syariat Islam secara utuh dan dinamis.
d.      Mendidik santri memperolah kepribadian dan semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang dapat membangun dirinya dan bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan negara.
e.       Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan.
f.       Mendidik para santri agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka ikut membantu pembangunan bangsa.

D.    Faktor-Faktor Yang Mendukung Kegiatan-Kegiatan di Pondok Pesantren
Faktor-faktor yang mendukung kegiaan-kegiatan di pondok pesantren adalah sebagai berikut:
1.      Figur kyai yang bijak
2.      Dewan-dewan asatid yang berkarakteristik dan berkarisma
3.      Organisasi dan manajemen yang baik
4.      Sarana dan prasarana yang memadai
5.      Kehidupan sosial dan budaya yang baik
6.      Partisipasi masyarakat
Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat dalam kegiatan-kegiatan di pondok pesantren, yaitu:
1.      Perbedaan aliran atau faham keagamaan di masyarakat
2.      Anggara pendidikan atau kegiatan
3.      Pengaruh globalisasi budaya Barat









BAB III
PEMBAHASAN

A.    Kegiatan-Kegiatan Pondok Pesantren Rafirna dan Manfaatnya
Kegiatan syi'ar agama Islam merupakan upaya untuk mengajak umat manusia menuju jalan yang benar, keadaan yang lebih baik dan diridhoi Allah swt. Pada zaman sekarang syi'ar agama Islam seolah-olah ditantang untuk mengontrol lajunya perkembangan pemikiran manusia dan sekaligus mampu mensosialisasikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga dakwah dan lembaga pendidikan khas ala Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyaraka Islam adalah sebagai sarana pencetak ahli dakwah sekaligus sebagai tempat berlangsungnya kegiatan dakwah. Salah satu pondok pesantren yang melakukan pelaksanaan dakwah dan syiar terhadap masyarakat adalah pondok pesantren Roudlotu Firqotin Najiyyah (Rafirna) Desa Tanjungsari, yang di asuh oleh Al-Mukarom Bapak KH. Busyaeri Achmad.
Pondok pesantren Rafirna dalam melakukan kegiatan dakwah dan syi'ar agama terhadap masyarakat mengadakan beberapa kegiatan, yaitu: pembelajaran kitab kuning, tadarus Al-Qur'an dan tahfidzul Qur'an, tilawatul Qur'an, sholawat rebana, tarbiyatul mubalighin, pembacaan majmuatul mawalidi, ziarah kubur, akhirussah, musyabaqoh, ro'an atau kerja bakti, dan sepak bola Liga Dengkul Rafirna.

1.      Pembelajaran Kitab Kuning

23
 
Kitab kuning merupakan kitab berbahasa Arab yang lembarannya berwarna kuning, tidak bergaris, dan juga tidak berharokat. Di pesantren Rafirna, kitab kuning menjadi sebuah dasar pembelajaran bagi para santri untuk memperdalam tentang agama Islam dan memudahkan untuk mempelajari agama yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Di samping itu kitab kuning merupakan salah satu elemen atau unsur terpenting dalam pondok pesantren.
Mayoritas santri mengatakan “membaca dan memahami kitab kuning itu sangat sulit”, sebagian lagi mengatakan gampang-gampang susah, dan sebagian lagi mengatakan cukup mudah dan menyenangkan. Bahkan ada santri yang mengatakan bahwa belajar kitab kuning itu sangat nikmat sekali, tidak membosankan, dan apa yang dibaca tidak mudah hilang dalam ingatan. Membaca kitab kuning memiliki rasa tersendiri dibandingkan dengan membaca buku-buku yang bertuliskan bahasa Indonesia, yang dikarang oleh orang-orang di zaman sekarang.
Membaca dan memahami kitab kuning itu sulit, sulit dalam artian bagi orang-orang yang tidak menguasai dan tidak memahami beberapa ilmu penunjang untuk menguasai dan memahami kitab kuning. Ilmu penunjang tersebut adalah ilmu Nahwu, Shorof, Balaghoh, dan kitab-kitab atau ilmu penunjang lainnya. Ilmu nahwu, shorof, dan balaghoh ini tidak hanya digunakan untuk memahami kitab kuning saja, akan tetapi juga bermanfaat bagi penafsiran makna Al-Qur’an dan Hadits. Ilmu nahwu membahas tentang perubahan harokat dan huruf pada akhir sebuah kalimat. Di antara kitab yang membahas ilmu nahwu adalah kitab Mitnul Jurmiyah, Al-Imriti, Mutammimah, dan Alfiyah Imam Ibnu Malik. Ilmu shorof adalah ilmu yang membahas tentang perubahan lafad dan makna dari suatu bentuk kata ke bentuk yang lainnya. Di antara kitab-kitab shorof adalah Amtsilatit Tasrifiyah (Tasrif), Qowaidul I’lal, da Alfiyah Imam ibnu Malik. Ilmu Balaghoh membahas tentang sastra bahasa Arab. Oleh karena itu, dengan memahami kitab-kitab tersebut sedikit banyak akan bisa membaca kitab kuning, memahami apa yang terkandung dalam kitab-kitab klasik tersebut, dan juga tidak akan terjadi kesalahan dalam memaknai dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam mempelajari kitab-kitab kuning juga memiliki metode-metode tertentu. Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam pesantren ini adalah sebagai berukut:
a.       Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran para santri yang lebih menitik baratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai. Metode ini biasanya dilakasanakan pada ruang tertentu, di hadapan kyai atau ustadz tersedia sebuah meja pendek (dampar) untuk meletakkan kitab bagi santri yang sedang menghadapnya untuk mengkaji kitab. Sementara itu, santri-santri yang lain duduk agak jauh sambil mendengarkan dan mempersiapkan diri untuk menunggu gilirannya.
b.      Metode Bandongan
Dalam metode ini kyai menghadap kepada sekelompok santri yang masing-masing memegang kitab yang sama. Kyai membacakan, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas suatu pelajaran yang ada di dalam kitab. Sementara itu, para santri memberi harokat, catatan simbol-simbol kedudukan kata, memberikan makna di bawah kata (makna gandul), dan keterangan-keterangan lain pada kata-kata yang dianggap perlu serta dapat membantu memahami bacaan.
c.       Metode Pengajian Pasaran
Metode ini adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian kitab tertentu pada seorang kyai senior yang dilakukan secara terus-menerus selama tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilaksanakan pada bulan Ramadhan, dan targetnya adalah selesai membaca kitab (khatam).
d.      Metode Hafalan/Muhafadhoh
Metode Muhafadhoh adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu pelajaran tertentu, biasanya berupa nadzom dan syi’ir. Selanjutnya hafalan yang telah dimiliki santri disetorkan atau dihafalkan di hadapan kyai atau ustadz. Dan pada akhir tahun ajaran, santri akan menghafalkan materi dari awal sampai akhir kitab tersebut sebagai salah satu syarat untuk naik kelas.
e.       Metode Takror
Metode takror dilakukan ketika ustadz atau kyai yamg mengajar tidak bisa datang untuk mengajar. Salah seorang santri maju ke depan kelas sebagaimana layaknya kyai atau ustadz, lalu menyampaikan pelajaran yang kemarin telah diajarkan atau pelajaran yang belum pernah sakalipun diajarkan (musyawaroh/diskusi). Metode takror  ini bermanfaat untuk melatih mental santri dalam berbicara di hadapan umum.
Mengikuti pembelajaran kitab kuning merupakan kegiatan yang harus dilakukan para santi. Dan santri tak hanya dituntut untuk bisa membaca kitab kuning, namun juga di tuntut untuk memberikan makna di bawah tulisan berbahasa Arab tersebut dengan menggunakan tulisan Arab pegon yang berbahasa Jawa. Santri akan bisa memahami suatu materi jika sudah bisa memberikan makna, keterangan, dan rujukan dari kitab yang pernah dibacakan dan diterangkan oleh kyai atau ustadz. Jika menulis tulisan pegon sudah lancar, maka membacanya pasti akan sangat mudah. Sebenarnya boleh saja memaknai dengan menggunakan tulisan bahasa Indonesia, namun alangkah baiknya jika menggunakan tulisan pegon. Dengan menggunakan tulisan pegon tersebut berarti sedikit banyak kita telah berusaha melestarikan dan memelihara khasanah budaya Nusantara, khususnya budaya Jawa yang dibawa oleh para walisongo.
Cukup banyak kitab-kitab yang menjadi bahan ajar di pondok pesantren Rafirna, mulai dari hadits, syari’at, tauhid, tajwid, akhlak, tasawuf, dan lain sebagainya. Adapun kitab-kitab yang dipelajari berdasarkan kelas atau tingkatannya adalah sebagai berikut:
a.       Kelas I atau Tingkatan Jurmiyah
1.      Jurmiyah dan Shorof, mempelajari tentang tata bahasa Arab. Merupakan langkah awal untuk bisa membaca dan memahami kitab-kitab kuning lainnya.
2.      Safinatun Najjah, berisi tentang syari’at.
3.      Khoridatul Bahiyyah, berisi tentang tauhid atau keimanan.
4.      Hadits Arbain Nawawiyyah, berisi hadits-hadits tentang asas-asas dan pokok agama Islam.
5.      Alala, berisi tentang akhlak dan thoriqoh.
6.      Tuhfatul Atfal, berisi tentang tajwid.
7.      Khulashoh Nurul Yaqin juzz awal, berisi tentang sejarah Nabi Muhammad.
b.      Kelas II atau Tingkatan Imriti
1.      Al-Imriti, berisi tentang tata bahasa Arab.
2.      Qowaidul I’lal, berisi tentang bina’-bina’ dan sebab-sebab berubahnya suatu kalimat.
3.      Bulughul Marom, berisi tenteng hadits-hadits tuntunan syari’at Islam.
4.      Taqrib, berisi tentang syari’at-sayari’at Islam.
5.      Ta’limul Muta’alim, berisi tentang akhlaq, toriqoh, dan tasawuf.
6.      Tijan Durori, berisi tentang ketauhidan.
7.      Jazariyyah atau Tuhfatuts Tsani, berisi ilmu tajwid.
8.      Khulashoh Nurul Yaqin juzz Tsani, berisi tentang sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat.
c.       Kelas III atau Tingkatan Alfiyah
1.      Alfiyah Imam ibnu Malik, kitab yang membahas tentang ilmu nahwu dan shorof sekaligus dengan pengi’lalan (tata bahasa Arab).
2.      Fathul Qoribul Majid, merupakan syarah dari kitab Taqrib yang membahas tentang syariat-syariat Islam seperti Thoharoh, sholat, puasa, zakat, haji, dan kitab ini juga membahas tentang munakahat, muamalah, seperti jual beli, gadai dan sebaginya.
3.      Bidayatul Hidayah, berisi tentang ilmu tasawuf.
4.      Bulughul Marom, berisi hadits-hadits tuntunan syariat Islam.
5.      Khulashoh Nurul Yaqin juz Tsuluts, berisi sejarah para Khulafa’urrosidin.
Selain ketiga kelas di atas, masih ada kelas lainnya yaitu tingkatan Jawahirul Ma’nun dan Ukudujuman. Namun karena tidak adanya atau sedikitnya santri yang mencapai tingkatan ini, maka kelas ini jarang dibuka. Kebanyakan santri yang telah khatam atau telah selesai pada tingkatan Alfiyah merasa sudah cukup puas terhadap apa yang dipelajari dan diperolehnya, dan mereka akan kembali ke kampung halamannya.
Di samping ada kitab-kitab yang dipelajari berdasarkan kelas (bandongan), ada juga kitab-kitab yang dipelajari dengan metode sorogan, yaitu di mulai dari kitab Safinatun Najjah, Sulamun Najjah, Tijan Durori, Riyadul Badi’ah, Fathul Qoribul Majid, Fatthul Mu’in, sampai kitab-kitab yang tingkatannya lebih tinggi lagi dan santri akan mempelajari sesuai kemampuan dan keinginan. Metode sorogan ini biasanya dilaksanakan pada pagi hari, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB. Sedangkan untuk metode klasikal (bandongan) di aksanakan pada malam hari sekitar pukul 07.30 malam (ba’da Isyak) sampai jam 09.30 malam.
Mempelajari kitab kuning sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan memahami kitab kuning sedikit banyak kita akan tahu apa yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab kuno. Manfaat-manfaat lainnya masih banyak, diantarnya yaitu:
1.      Mengatahui dan memahami hukum-hukum islam.
2.      Mengetahui sejarah orang-orang terdahulu dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.
3.      Kita dapat mencontoh sikap dan prilaku terpuji Rosul, para sahabat, tabi’in dengan membaca sejarahnya di dalam kitab.
4.      Mengasah dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri.
5.      Membersihkan hati.

2.      Tadarus Al-Qur’an dan Tahfidzul Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang mengandung pesan sosial dan spirit keberagamaan. Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan penyempurnaan dari kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya kepada para Rasul. Al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan manusia dan obat segala penyakit kehidupan sosial manusia. Kewajiban umat Islam adalah menaruh perhatian terhadap Al-Qur’an dengan membacanya, menghafalnya, maupun menafsirkannya. Allah swt. telah menjanjikan bagi para pelestari kitab-kitab-Nya yaitu berupa pahala, dinaikkan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan akhirat. Mengingat begitu berartinya hal itu, maka pondok pesantren Rafirna membuka pengajaran Tadarus Al-Qur’an dan Tahfidzul Qur’an.

a.       Tadarus Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an yang ada pada saat ini telah berusia sekitar 14 abad, terhitung sejak Nabi Muhammad saw. diangakat oleh Allah swt. sebagai Nabi pada sekitar tahun 611 M. Meskipun demikian, Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih tetap seperti dahulu pada saat pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad  saw. Tidak ada satu ayat pun yang tertinggal, bahkan tidak ada satu kata atau huruf pun yang terbuang atau hilang.
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala disisi Allah swt. Nilai ibadah tersebut terdapat dalam sabda Rasulullah saw. sebagai berikut:
Artinya: “barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mas’ud).
Di pesantren Rafirna, setiap santri di wajibkan mengikuti tadarus Al-Qur’an. Bagi santri baru biasanya diawali dengan mempelajari Iqra’yang terdiri dari enam jilid, setelah tamat mempelajari Iqra’, baru kemudian mulai membaca Al-Qur’an juz Amma (juz tigapuluh) yang dibaca mulai dari surat An-Nas. Setelah juz Amma selesai, santri akan membaca Al-Qur’an dari awal, yaitu dari surat Al-Fatihah, Al-Baqoroh dan seterusnya.
Adapun waktu pelaksanaan tadarus Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.      Ba’da sholat Subuh.
2.      Pada pukul 08.00 WIB, bersamaan dengan sorogan kitab kuning. Biasanya tadarus terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan membaca kitab kuning secara sorogan.
3.      Ba’da Dhuhur.
4.      Ba’da Asyar, sekitar pukul 05.00 sore ( hanya dilakukan pada bulan Ramadhan).
5.      Ba’da Maghrib.

b.      Tahfidzul Qur’an
Para ulama’ sepakat bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Apabila di antara anggota masyarakat ada yang sudah melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya. Prinsip fardhu kifayah ini dimaksudkan untuk menjaga Al-Qur’an dari pemalsuan, perubahan, dan pergantian seperti yang pernah terjadi terhadap kitab-kitab yang lain pada masa lalu.
Sedikit sekali santri Rafirna yang ingin menghafal Al-Qur’an, kebanyakan santri hanya berminat pada kitab kuning saja. Mereka yang mengambil Tahfidzul Qur’an beranggapan bahwa dengan bisa memahami, menafsirkan, dan menghafalkan Al-Qur’an akan lebih mulia dan lebih tinggi derjatnya di hadapan Allah swt. Dan dengan mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an seseorang bisa mengamalkan isi dari Al-Qur’an tersebut.
1)      Petunjuk Sebelum Menghafal Al-Qur’an
a)      Membenarkan pengucapan dan bacaan Al-Qur’an, yaitu seorang calon hafidz harus sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar, fasih, serta lancar. Sebaiknya sebelum menghafal Al-Qur’an, seorang calon hafidz harus sudah khatam membaca Iqra’ dan Al-Qur’an secara bin-nadzar (melihat mushaf) kepada seorang guru yang ahli.
b)      Menggunakan satu mushaf Al-Qur’an, yakni agar bentuk dan letak ayat-ayat dalam mushaf itu akan terpatri dalam hati jika orang tersebut sering membaca dan melihat mushaf itu. Mushaf yang biasa dipakai untuk menghafal adalah “Al-Qur’an Pojok”, dimana setiap halaman diawali dengan awal ayat dan diakhiri dengan akhir ayat. Diantar Al-Qur’an pojok adalah “Mushaf Bahriah dan Al-Qur’an Kudus”. Mushaf Bahriah yang setiap halaman terdiri atas 15 baris dan setiap juz terdiri atas 20 halaman. Sedangkan Al-Qur’an Kudus setiap halaman terdiri atas 20 baris dan setiap juz terdiri atas 10 halaman.
c)      Memiliki kondisi fisik dan pikiran yang sehat.
d)     Usia yang tepat, yaitu usia muda, semenjak usia 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun adalah usia yang paling cocok untuk menghafal Al-Qur’an.
2)      Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an
a)      Niat yang ikhlas.
b)      Mempunyai kemauan yang kuat.
c)      Disiplin dan istiqomah menambah hafalan.
d)     Talaqqi kepada seorang guru.
e)      Berakhlak terpuji.
3)      Metode Menghafalkan Al-Qur’an
Untuk metode hafalan itu terserah bagi para santri. Santri akan memilih dan menentukan sendiri metode apa yang tepat untuknya. Namun metode yang sudah terkenal saat ini ada tiga, yaitu:
a)      Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal.
b)      Metode bagian, yaitu menghafal ayat demi ayat atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman.
c)      Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan metode bagian.
Penghafalan dimulai dari surat Al-Fatihah, dilanjutkan surat Al-Baqoroh dan surat-surat seterusnya. Setoran awal biasanya adalah seperempat juz atau dua setengah lembar (5 halaman). Dan untuk selanjutnya, setiap hari setoran satu lembar (dua halaman), dilakukan dalam 2 kali setoran bagi santri yang tidak mengikuti sekolah umum, yaitu pukul 09.00 pagi dan 04.30 sore. Dan bagi bagi santri yang sekolah dilakukan dalam 1 kali setoran, yaitu pukul 04.30 sore. Santri calon hafidz memiliki jadwal wajib tadarus dan menghafal Al-Qur’an tersendiri dibandinkan dengan santri lainnya. Waktu tadarusnya yaitu, ba’da Subuh, ba’da Dhuhur, ba’da Asyar, ba’da Isya’, dan dan pukul 09.00 pagi (ba’da setoran awal) sampai pukul 11.00 siang.

c.       Manfaat Tadarus dan Tahfidzul Qur’an
Diantara faedah atau manfaat tadarus dan menghafal Al-Qur’an adalah:
1)      Jika disertai dengan amal sholeh dan keikhlasan, maka membaca dan menghafalakan Al-Qur’an merupakan kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2)      Akan mendapatkan anugrah dari Allah swt. berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang.
3)      Mendorong untuk lebih berprestasi.
4)      Penghafal Al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak dan prilaku yang baik.
5)      Mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara alami, sehingga bisa fasih berbicara dan ucapannya benar.
6)      Menguasai arti kosa kata bahasa Arab.
7)      Mengetahui hikmah yang tersirat di dalam ayat Al-Qur’an.
8)      Memiliki pedoman hidup yang kuat dan tidak akan goyah.

3.      Tilawatul Qur’an
Tilawtul Qur’an yaitu membaca Al-Qur’an dengan lagu-lagu dan nada-nada tertentu yang selama ini sudah dikenal, seperti Bayati, Nahwand, Rost, Syika, Jiharka, dan lain sebagainya. Masdar kata tilawah adalah berasal dari kata “tala” yang artinya mengikuti. Namun tilawah juga bisa diartikan membaca, sebab membaca adalah mengikuti huruf per huruf untuk dilantunkan.
Di pondok Rafirna, tilawatul Qur’an merupakan kegiatan ekstra yang paling disukai santri. Mayoritas santri sangat menyukai kegiatan ini meskipun suara mereka kebanyakan kurang enak didengar. Ekstra Tilawatul Qur’an ini dilaksanakan pada hari Jum’at, ba’da Asyar dengan guru pelatihnya adalah Qori’ Al-Ustadz Fathul Ahyar S.Pd. kegiatn ini dimulai dengan pembacaan ta’awudz dan basmalah, kemudian dilanjutkan dengan ayat-ayat tertentu yang dilagukan. Qori’ melantunkan kalimah ta’awud, kemudian para santri akan menirukan bacaan tersebut. Begitu juga pada kalimah basmalah dan ayat-ayat yang dibacakan seterusnya, namun pada waktu tertentu terkadang Qori’ memberikan penjelasan dan arahan, serta meminta kapada beberapa santri untuk melantunkan kembali ayat-ayat yang baru saja dicontohkan dan diajarkan.
Jika didengarkan dan dirasakan denagan khusuk, maka Tilawatul Qur’an ini akan sangat menyentuh hati dan menggugah jiwa. Hati yang keras dan kaku akan meluluh dan mencair, serta mata  akan meneteskan air mata karena tersentuhnya batin dan hati nurani. Jiwa yang lelah dan terasa resah akan menjadi tenang setelah mendengar ayat-ayat suci tersebut, dan raga kita akan menjadi sangat bersemangat.

4.      Sholawat Rebana
Mendengar  kata “Sholawat Rebana” mungkin sudah tidak asing lagi, apalagi dengan nama “Sholawat Rebana Simtudduror”, tentu kebanyakan orang sudah tahu. Sholawat rebana merupakan sebuah seni musik religi yang berisi sholawat-sholawat yang disanjungkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan diiringi oleh alat musik berupa gendang berbentuk bundar dan pipih (terbang) sebagai alat musik utamanya.
Sholawat rebana simtudduror ini merupakan kegiatan ekstra yang sangat digemari oleh santri-santri putra. Mereka bersholawat dengan penuh  rasa cinta karena mengharapkan syafa’at dari Rasulullah saw. Anehnya, grup rebana simtudduror pesantren Rafirna yang bernama “Rafirna Nada”ini tidak memilik pelatih khusus pada saat latihan. Para santri belajar dan berlatih dari teman mereka yang yang sudah memiliki kemahiran menabuh rebana.
Pelatihan sholawat rebana dilaksanakan pada hari Rabu dan Jum’at (jika Tilawatul Qur’an tidak di laksanakan), ba’da Asyar. Namun biasanya pada saat acara Tarbiyatul Mubalighin dan pembacaan Al-Barjanji, sholawat rebana ini juga ikut ditampilkan sebagai selingan acara. Alat-alat yang digunakan masih kurang komplit, hanya terdiri atas terbang, keplak, bas atau beduk (jadur). Masih kurang marawis dan alat-alat pelengkap lainnya.
Adapun bersholawat reban itu memiiki banyak sekali manfaat dan faedah, diantaranya adalah:
a.       Memperoleh curahan rahmat dan kebaikan dari Allah swt.
b.      Menghapuskan kejahatan dan menyehatkan badan.
c.       Menjauhkan kerugian, penyesalan, dan digolongkan dalam golongan orang-orang yang sholih.
d.      Memperoleh pahala, sebagaiman pahala memerdekakan budak.
e.       Menghasilkan syafa’at.
f.       Memperoleh penyertaan dari malaikat rahmat.
g.      Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi.
h.      Membuka kesempatan berbicara dengan Nabi.
i.        Menghilangkan kesusahan, kegundahan, dan meluaskan rezeki.
j.        Melapangkan dada, apabila seseorang membaca sholawat maka Allah akan melapangkan dadanya dan memberi sinar penerangan ke dalam hatinya.
k.      Menghapuskan dosa. Apabila membacanya secara istiqomah tiga kali setiap hari, maka Allah akan menghapuskan dosanya.
l.        Menggantikan shodaqoh bagi orang yang tidak sanggup bershodaqoh.
m.    Melipatgandakan pahala yang diperoleh, apabila seseoraang bersholawat di hari Jum’at, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala yang berlipa ganda.
n.      Menyebabkan do’a dapat terkabul/di terima oleh Allah.
o.      Melepaskan diri dari kebingungan di hari kiamat. Apabila seseorang meninggalkan sholawat kepada Nabi, maka ia akan menghadapi kebingungan dan kekacauan di padang Mahsyar.



5.      Tarbiyatul Mubalighin
Tarbiyatul mubalighin merupakan ajang pelatihan bagi seorang santri untuk menjadi seorang mubaligh. Setelah kembali dari pondok pesantren Rafirna , para santri diharapkan untuk bisa menjadi seorang mubaligh yang memberikan petunjuk kebenaran kepada masyarakat di sekitarnya agar tetap selalu menjaga Islam dan iman. Dan insya Allah melalui kegiatan tarbiyah ini, mental dan kecakapan berbicara akan terbentuk.
Kegiatan tarbiyah ini dilakukan pada hari Selasa, ba’da Asyar. Pelaksanaannya hampir mirip dengan pengajian-pengajian umum yang terselenggara di desa-desa. Diantara santri ada yang bertugas sebagai pembawa acara, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan sholawat Nabi, prakata panitia penyelenggara, bertugas memberikan sambutan wakil santi, dan juga bertugas sebagai mubaligh yang menyampaikan pesan-pesan agama, melantunkan syi’ir, dan juga berkenan memimpin do’a. Mungkin pada awalnya para santri masih merasa canggung dan malu. Namun setelah terbiasa memperoleh tugas maka rasa malu itu akan berubah menjadi ketagihan untuk memperoleh giliran bertugas.
Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari kegiatan Tarbiyatul Mubalighin ini, diantaranya yaitu:
a.       Memiliki mental yang kuat.
b.      Memiliki kecakapan dalam berbicara.
c.       Mendapatkan ilmu baru yang disampaikan oleh petugas mubaligh.
d.      Mendapatkan pahala.
e.       Menambah keakraban dan kerukunan antara teman atau santri.
f.       Belajar bagaiman menghargai orang yang sedang berbicara.

6.      Pembacaan Majmuatul Mawalidi (Srakalan)
Majmuatul mawalidi merupakan kitab yang berisi beberapa maulid, sholawat-sholawat, dan do’a-do’a. Di dalamnya mengisahkan sejarah-sejarah Nabi Muhammad saw. yang merupakan makhluk yang paling indah di alam semesta ini. Di pesantren Rafirna, maulid yang biasa dibacakan dalam kitab Majmuatul Mawalidi adalah maulid Barjanji Nasar dan Diba’. Waktu pelaksanaannya adalah hari Kamis, malam Jum’at (ba’da Isyak). Salah seorang santri yang sudah fasih bacaannya memimpin dan mengawali pembacaan tersebut, kemudian secara bergilir santri-santri akan membaca satu persatu. Pada saat pembacaan barjanji dan dhiba’ tersebut biasanya juga diselingi oleh lantunan-lantunan sholawat dan rebana simtudduror agar lebih mengesankan dan menyentuh hati. Sebagian orang menganggap kegiatan seperti ini  sebagai prilaku bid’ah, namun pesantren Rafirna yang berfaham Ahlussunnah Waljama’ah sangat yakin dan percaya bahwa kegiatan seperti ini tidak dilarang dan tidak dosa karena mengandung kebaikan, yaitu memanjatkan sholawat dan membaca kisah Rasulullah yang begitu agung. Adapun manfaatnya adalah sebagaimana manfaat dalam bersholawat, dan juga bertambahnya keimanan kepada Rasulullah saw.

7.      Ziarah Kubur
Ziarah kubur ialah berkunjung kemakam atau pesarean orang Islam yang telah meninggal dunia, baik orang muslim biasa, orang sholih, ulama’, wali, maupun Nabi. Kegiatan ziarah kubur yang dilaksanakan oleh pesatren Rafirna terbagi menjadi dua, yaitu:
a.       Ziarah mingguan, yaitu kegiatan ziarah yang dilakukan satu kali tiap seminggu, yaitu pada hari Kamis dan waktunya ba’da Asyar. Makam yang dikunjungi adalah makam ulama’ yang telah mendirikan pondok pesantren Rafirna, yaitu Alm. Al-Maghfurlah Kyai Jamhuri bin Nuh dan Kyai Ahmad Mochtar bin Yasin. Kegiatan diawali dengan membersihkan makam, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Yasin, Tahlil, dan do’a.
b.      Ziarah Tahunan, merupakan ziarah yang dilakukan satu atau dua kali tiap tahunnya, biasanya dilaksanakan pada bulan Muharram atau Rab’ul Awal. Sebelum ziarah dilaksanakan, biasanya panitia ziarah mengumumkan kepada para santri dan masyarakat sekitar pesantren bahwa kapan ziarah tersebut akan dilaksanakan, biayanya berapa, rutenya kemana saja, dan transpot apa yang akan digunakan.
Hal yang perlu diperhatikan tentang ziarah kubur adalah bahwa ziarah kubur itu tujuannya untuk mendo’akan ahli kubur, bukan untuk meminta-minta kepada orang yang telah meninggal. Ziarah kubur mengandung banyak sekali hikmah dan manfaat. Hikmah-hikmah tersebut antara lain:
a.       Mengingatkan orang yang masih hidup akan kematian yang sewaktu-waktu pasti akan datang.
b.      Mempertebal keimanan terhadap adanya alam akahirat, sehingga dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt.
c.       Memperbaiki hati yang buruk dan mental yang rusak sehingga pada akhirnya orang akan sadar tentang perlunya mempererat hablum minallah dan hablum minannas.
d.      Memberi manfaat kapada mayit secara khusus dan ahli kubur secara umum berupa pahala dari bacaan Al-Qur’an, kalimah-kalimah Thoyyibah, Istighfar, Sholawat Nabi, dan lain sebagainya.
Dalam melakukan ziarah kubur perlu diperhatikan beberapa petunjuk, antara lain:
a.       Bersuci atau berwudhu terlebih dahulu.
b.      Mengucapakan salam kepada ahli kubur.
c.       Membaca ayat-ayat Al-Qur’an seperti yasin, tahlil, dan lain sebagainya.
d.      Menghadap ke kiblat ketika membaca do’a.
e.       Ziarah dilakukan dengan penuh kekhusyukan.

8.      Akhirussanah
Seiring dengan menjelang berakhirnya tahun ajaran bagi para santri di pondok pesantren Rafirna, para dewan asatid dan santri sibuk untuk mempersiapkan acara terbesar setiap tahunnya, yaitu Haflah Akhirussanah. Acara akhirussanah ini merupakan acara untuk memperingati khaulnya pendiri pondok pesantren Rafirna (Alm. Al-Maghfurlah Kyai Jamhuri bin Nuh dan Kyai Ahmad Mochtar bin Yasin) dan melepas santri-santri yang telah mencapai tingkatan tertentu dalam proses belajarnya (wisuda santri). Para santri yang telah pulang dari pesantren Rafirna diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat di sekitarnya dengan mengamalkan ilmu yang telah ditelah dan diperolehnya.
Acara Akhirussanah tersebut biasanya dilaksanakan pada bulan Sya’ban, tepatnya di komplek pondok pesantren Rafirna. Dan jama’ah yang menghadiri adalah para alumni, wali santri, jama’ah mushola Al-Hidayah, warga desa Tanjungsari, dan desa-desa sekitarnya. Pada moment ini biasanya pengurus pondok juga mengundang mubaligh dan grup rebana yang cukup terkenal, sehingga cukup banyak jama’ah yang menghadiri pengajian tersebut. Manfaat dari kegiatan Akhirussanah tersebut adalah:
a.       Sebagai sarana syi’ar atau dakwah agama Islam.
b.      Mendapat tambahan ilmu dari pengajian yang disampaikan oleh mubaligh.
c.       Menjadi majelis ilmu yang akan menumbuhkan sifat ta’aruf.
d.      Mempererat hubungan silaturrahmi Islamiyah  antara alumni, wali santri dan masyarakat dengan pondok pesantren.
e.       Sebagai media untuk memprkenalkan (promosi) pondok pesantren dengan masyarakat umum.

9.      Musabaqoh
Musabaqoh merupakan kegiatan lomba-lomba yang diadakan oleh pondok pesantren untuk menguji dan menyeleksi sebarapa jauh para santri telah menyerap pengajaran yang telah diberikan. Kegiatan musabaqoh ini biasanya dilaksanakan sebelum acara Akhirussanah (Pra Akhirussanah). Kegiatan dimulai dengan adanya tes secara klasikal kepada santri sebagaimana tes-tes dalam madrasah atau sekolah umum. Para dewan asatid membuat soal tes, kemudian diberikan kepada para santri untuk dikerjakan. Dan setelah selesai dikerjakan, soal akan dikumpulkan kembali kepada ustadz yang mengajar untuk dinilai hasil pekerjaannya. Nilai-nilai dan prosesnya tersebut yang akan menjadi tolak ukur para santri dan akan dimasukkan ke dalam rapor santri. Tujuan dari kegiatan tes tersebut adalah untuk menyeleksi santri manakah yang sudah pantas dan mampu untuk naik kelas atau naik tingkatan belajarnya. Bagi santri yang dianggap telah mampu, maka akan naik kelas, sedangkan santri yang dianggap kurang mampu, maka akan tetap dalam kelasnya yang dulu.
Setelah kegiatan tes selama enam hari tersebut selesai, maka dimulailah kegiatan lomba-lomba lainnya. Adapun macam-macam lomba tersebut antara lain:
a.       Muhafadhoh Nadzom Khoridatul Bahiyyah, Tuhfatul Atfal, Al-Imriti, Jazariyyah, dan Alfiyah Imam Ibnu Malik.
b.      Membaca kitab kuning, yaitu kitab Syafinatun Najjah dan Taqrib atau Abi Sujak.
c.       Muhafadhoh juz Amma.
d.      Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).
e.       Pidato atau ceramah agama.
f.       Cerdas Cermat Agama (CCA).
g.      Sholawat rebana simtudduror.
h.      Olahraga, yaitu sepak bola dan volly bal bagi santri putra.
Pada setiap perlombaan akan diambil tiga juara, yaitu juara 1, 2, dan 3. Para juara akan diumumkan pada malam hari sebelum acara Akhirussanah, dan akan diberikan hadiah beserta piagam penghargaan (syahadah) kepada para juara. Kegiatan perlombaan ini memberikan dampak positif di kalangan para santri, di antaranya adalah:
a.       Dapat memotivasi semangat belajar para santri.
b.      Mngembangkan dan menumbuhkan sikap kreatif, inovatif, kompetitif, dan kooperatif para santri.
c.       Memberikan pelajaran bagi santri untuk berkompetisi secara bersih.
d.      Sebagai sarana hiburan.


10.  Ro’an (Kerja Bakti)
Ro’an merupakan sebuah istilah yang sudah membumi dan tidak asing lagi di kalangan pondok pesantren, yaitu sebuah kerja bakti bersama yang di lakukan para santri secara serempak. Hari minggu atau hari libur lainnya adalah hari dimana para santri disibukkan dengan pembagian tugas dan lokasi yang akan dibersihkan. Kegiatan ro’an tidak hanya kegiatan bersih-bersih saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya seperti mencari batu dan pasir di sungai, mengecor lantai dan tiang masjid/mushola, serta pergi ke sawah atau ladang Bapak kyai untuk menanam dan merawat padi.
Ro’an tidak hanya menghasilkan kebersihan lokasi pesantren saja (kebersihan luar), namun lebih dari pada itu ro’an menyimpan hasil lainnya yaitu kebersihan hati. Ro’an dilaksanakan dengan hati yang penuh keikhlasan, kesabaran, kebersamaan, dan kegembiraan. Dengan adanya kegiatan ro’an ini timbullah sifat ta’aruf, saling menghargai, tolong-menolong, dan perasaan senasib setia kawan yang akan menumbuhkan persaudaraan diantara muslim yang tidak akan terputus ikatan hatinya sampai di akhirat kelak.

11.  Liga Dengkul Rafirna (LDR)
Liga Dengkul Rafirna merupakan kegiatan bermain sepak bola bagi para santri putra di pondok pesantren Rafirna. Cara bermainnya sama seperti bermain sepak bola pada umumnya, hanya saja para santri tidak memakai sepatu bola. Saat ada waktu-waktu luang, santri meminta izin kepada kyai dan ustadz untuk bermain sepak bola ke tanah lapang. Jika diizinkan maka para santri akan berangkat bermain sepak bola. Namun jika tidak diizinkan, maka para santri tidak akan berangkat bermain sepak bola.
Biasanya santri membaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok santri dari daerah Batang dan Kendal. Kedua tim tersebut kadang-kadang bermain dengan penuh lawakan karen kebanyakan dari mereka tidak bisa bermain sepak bola, dan permainannya pun sangat lucu dan menggelikan hati. Di samping itu, tim sepak bola LDR (Liga Dengkul Rafirna)  ini kadang-kadang juga menantang dan mendapat tantangan dari tim sepak bola pesantren lain. Kegitan ini cukup bermanfaat bagi para santri. Di antaranya adalah:
a.       Menjalin persaudaraan dengan pesantren lain (ta’aruf antar pesantren).
b.      Menyehatkan badan.
c.       Sebagai sarana hiburan.

B.     Pembinaan Aqidah Akhlak
Kata aqidah akhlak merupakan dua kata yang memiliki ikatan erat. Aqidah dapat berarti simpulan, ikatan, atau perjanjian. Sedang secara teknis  aqidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan. Tumbuhnya kepercayaan tersebut berada di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang terpatri atau tersimpul dalam hati. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa yang merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan. Sedang pengertian akhlak secara bahasa berarti budi pekerti, etika, atau moral. Akhlak adalah sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana untuk memahami, menghayati,dan mengimani Allah swt. dan merealisasikannya dalam prilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dengan didampingi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan umat.
Pondok pesantren Rafirna memberikan bimbingan aqidah akhlak kepada para santri agar mereka memahami, menghayati, dan meyakini kebenaran agama Islam, dan mengaplikasikannya dalam bentuk amalan-amalan pada kehidupan sehari-hari. Yang lebih penting adalah keterbiasaan melakukan perbuatan dari hati nurani yang ikhlas dan bersih. Dengan hati yang bersih dan penuh ikhlas tersebut akan mencerminkan tutur kata dan tingkah laku yang terpuji.
1.      Tutur Kata/Ucapan
Tutur kata adalah aspek yang harus dibenahi setelah hati. Seorang santri harus terbiasa mengucapka kalimah-kalimah tauhid, berdzikir, mengucapkan kalimah-kalimah thoyyibah dan kalimah-kalimah dzikir lain yang maknanya memuji dan mengagungkan Allah swt. dan Rasul-Nya. Larangan bagi santri menggunakan mantra-mantra atau ajaran yang berbau musyrik, yang dapat menyekutukan Allah dengan yang lain. Para santri harus berbicara sopan kepada orang yang lebih tua dan larangan berbicara kotor.

2.      Sikap/Tingkah Laku
Para santri harus memiliki sikap yang sopan kepada para pengurus pesantren dan kepada sesamannya. Bila bertemu Bapak kyai dianjurkan untuk bersalaman dan mengucapkan salam, dan ketika bertemu sesama santri juga mengucapkan salam. Katika berjalan di hadapan orang yang lebih tua dianjurkan untuk membungkukkan atau merendahkan badan sebagai bentuk rasa hormat.
Prilaku-prilaku dan tutur kata terpuji yang dimiliki oleh Nabi dan para sahabat adalah sebagai contoh dari suri teladan bagi para santri. Santri dapat mengetahui dan meniru sikap-sikap Nabi dengan cara membaca sejarah-sejarahnya yang terdapat di dalam kitab-kitab dan buku-buku terjemahan atau bacaan.

C.    Masalah dan Solusi
Setiap lembga pendidikan, baik itu pendidikan agama maupun pendidikan umum pasti menemui adanya masalah-masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan dalam proses pelaksanaan dan pengembangannya. Masalah-masalah tersebut harus diselesaikan dengan mencari solusi atau cara yang tepat, benar, dan baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan dengan mulus dan lancar. Begitu pula di dalam pondok pesantren Rafirna Desa Tanjungsari Kecamatan Tersono yang diasuh oleh Al-Mukarom Bapak KH. Busyaeri Achmad ini juga tidak lepas dari masalah-masalah yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan perkembangannya.

1.      Masalah
a.       Kondisi Pondok Pesantren
Kondisi pondok pesantren Rafirna yang masih berupa bangunan saja tanpa adanya pagar bumi membuat santri dapat bepergian dan pulang tanpa minta izin. Apalagi bagian belakang pondok berupa kebun dan sungai, hal itu akan lebih memudahkan santri untuk pergi tanpa izin atau pamitan.
b.      Penyimpangan Sosial Agama Para Santri
Penyimpangan sosial dan agama para santri membuat masyarakat pesantren resah dan tidak stabil dalam proses kehidupan pembelajarannya. Terkadang ada santri yang berprilaku tidak sesuai dengan norma atau etika dan ajaran agama, sehingga mereka akan menjadi virus atau penyakit yang dapat menular kepada santri lainnya. Diantara contoh penyimpangannya adalah meninggalkan sholat jama’ah, mencuri, berjudi, menghina, dan lain sebagainya. Penyimpangan-penyimpangan tersebut harus diluruskan dan dibenarkan, sehingga akan menjadikan terciptanya kehidupan yang disiplin dan harmonis.

2.      Solusi
Sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada, maka pondok pesantren Rafirna membuat tata tertib yang harus ditaati oleh segenap masyarakat pesantren, yang terdiri atas kewajiban, larangan, dan sangsi.
a.       Kewajiban
1)      Mentaati Allah swt., Rasul dan peraturan pondok pesantren Rafirna.
2)      Mengikuti jama’ah sholat maktubah.
3)      Mengikuti pengajian atau kegiatan lain sesuai dengan tingkatan masing-masing.
4)      Menjaga nama baik Pon-Pes Rafirna serta berakhlakul karimah.
5)      Minta izin bila pulang atau bepergian.
6)      Melaporkan pada pengasuh atau pengurus bila ada tamu.
7)      Menjaga keamanan, kebersiahan, atau keindahan lingkungan.
8)      Menggunakan rizki atau uang sesuai keperluan.
9)      Mengamalkan ilmu yang telah di peroleh.

b.      Larangan
1)      Melakukan dosa besar (syirik, zina, mencuri, minum minuman keras, atau obat-obatan memabukkan, berjudi, atau membunuh), serta kemaksiatan lain.
2)      Keluar malam hari.
3)      Membawa, menyimpan atau menggunakan alat-alat elektronik (seperti radio, tape recorder, telepon atau HP, dan alat lainnya).
4)      Mukim atau kos di luar pondok pesantren.
5)      Merokok di lingkungan pondok pesantren.
6)      Memasukkan pedagang serta berinteraksi di dalam pondok pesantren.
7)      Memakai pakaian sesama teman/memakan/meminum milik teman tanpa izin.
8)      Merusak benda waqaf.
9)      Menghina, memfitnah serta segala perbuatan yang mengakibatkan permusuhan/perkelahian.
10)  Memakai pakaian yang tidak Islami, berambut panjang dan atau berwarna selain hitam bagi santri putra.

c.       Sanksi
Barang siapa melanggar tata tertib akan di beri sanksi atau tindakan sesuai dengan perbuatan, dan pertimbangan pengurus pesantren, yaitu:
1)      Dita’ziz atau dihukum
2)      Didenda
3)      Dikeluarkan





























BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh melalui observasi dan wawancara, maka penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam melahirkan kader-kader muslim yang akan mensyi’arkan agama Islam  dan menjaga persatuan umat.
2.      Kini di Indonesia pondok pesantren telah mengalami perkembangan pesat dan telah bermunculan pesantren-pesantren baru dengan metode pengajaran yang mengikuti perkembangan zaman.
3.      Pondok pesantren Rafirna dalam melakukan kegiatan dakwah dan syi’ar agama terhadap masyarakat mengadakan beberapa kegiatan, yaitu: pembelajaran kitab kuning, tadarus dan tahfidzul Qur’an, tilawatul Qur’an, sholawat rebana, tarbiyatul mubalighin, pembacaan majmuatul Mawalidi, ziarah kubur, Akhirussanah, musabaqoh, ro’an, dan sepak bola Liga Dengkul Rafirna.
4.      Di pondok pesantren Rafirna para santri tidak hanya belajar saja, tetapi juga menekankan pada aspek aqidah akhlak yang terwujud dalam tutur kata dan tingkah laku kehidupan sehari-hari.
5.      Adanya pondok pesantren Rafirna memberikan pencerahan kepada masyarakat sekitar dalam pemahaman agama Islam.

B.     Saran
Setelah penulis melaksanakan observasi terhadap pondok pesantren Rafirna, maka penulis dapat memberikan beberapa saran antara lain:
1.      Sebaiknya di pondok pesantren Rafirna dibangun pagar bumi untuk mencegah santri keluar masuk pesantren tanpa izin.
2.     

46
 
Hendaknya tata tertib yang ada di pondok pesantren Rafirna diawasi dengan ketat, dan diberlakukan kepada semua pihak.
3.      Hendaknya sangsi atau hukuman yang diberikan kepada santri atas pelanggaran itu bersifat mendidik.
4.      Para pengurus pesantren sebaiknya memberikan pengawasan dan perhatian yang lebih terhadap santri yang tergolong nakal.




























DAFTAR PUSTAKA

Dawam, Ainurrafiq dan Ahmad Ta’arifin. 2004. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Sapen: Listafariska Putra
Departemen Pendidikan Nasional.2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia
http.blog.re-or.id/pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html diakses pada tanggal 10 Februari 2012
http.nabilhusein.com/perkembangan-pondok-pesantren.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012
http//www.lembarislam.com/pengertian-aqidah-akhlak/ diakses pada tanggal 28 Januari 2013
http//ahlussunah-wal-jamaah.blogspot.com diakses pada tanggal 28 Januari 2013
Latif, Ahmad dan Endah Sutanti. 2009. Ke-NU-an Ahlussunnah Waljamaah. Semarang: Pimpinan Wilayah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Tengah
Sa’dulloh.2005. Sembilan Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Sumedang: Gema Insani














LAMPIRAN
IMG00245-20130428-1729.jpg
IMG00246-20130428-1730.jpg

Bangunan Pondok Pesantren RAFIRNA
 
Foto1319.jpg
IMG00256-20130428-1740.jpg

Musyabaqoh Pidato Agama
 
 




































Tadarus Al-Qur’an
 


Foto1321.jpg

Audien Kegiatan Tarbiyatul Mubalighin
 





Foto1335.jpg

Personil RAFIRNA NADA (Simtudduror)
 
 






































IMG00248-20130428-1732.jpg
IMG00252-20130428-1737.jpg

Roan (Kegiatan Kebersihan)